Kamis, 06/11/2014 08:13 WIB
Jakarta Fashion Week 2015
Rahmi Anjani - wolipop
Foto: Mohammad Abduh/Wolipop
Art deco sendiri merupakan karya seni visual yang pertamakali muncul di Prancis pada masa Perang Dunia I, tepatnya di era 20-an hingga 40-an. Gayanya lebih eklektik, mengombinasikan unsur tradisional dengan masa kini dan umumnya memiliki karakteristik warna-warna kuat dan terang, bentuk-bentuk geometris dan ornamentasi mewah.
Kembali ke koleksi terbaru Major Minor, karya tersebut ditampilkan di gelaran Jakarta Fashion Week 2015 yang telah memasuki hari kelimanya pada Rabu (5/11/2014). Merek yang digawangi desainer Ari Seputra tersebut seperti biasa menampilkan koleksi dengan potongan longgar dan asimetris. Sementara inspirasi arsitektur art deco dituangkan ke dalam aksen kombinasi tabrak warna antara kuning, putih, hitam, serta abu-abu dalam permainan motif geometris. Tenun Bima yang khas dengan garis-garis geometris dan warna terang diaplikasikan sebagai aksen atau busana utuh pada lini Maha Major Minor untuk koleksi Spring/Summer 2015 itu.
Misalnya saja sebuah kaus lengan panjang tenun yang dipadukan dengan rok A-line dengan kombinasi warna kuning, abu-abu, serta hitam. Ada pula tenun berwarna dasar putih yang dijadikan outer dan memiliki aksen garis kuning pada tepiannya. Busana itu pun dipadukan dengan celana panjang kuning sehingga terlihat harmonis.
Sebelum menampilkan koleksi Maha Major Minor, brand yang menyasar anak muda itu menghadirkan koleksi dari lini Signature. Koleksi ini lebih bermain struktur serta tabrak warna ala art deco. Masih dengan kombinasi warna kuning, hitam, putih, abu-abu, koleksi ready to wear ini berkesan kasual namun elegan. Salah satu tampilan menariknya adalah sebuah atasan putih dengan aksen jubah hitam yang dipadankan dengan celana pipa warna kuning.
Dalam fashion show bertajuk L'Harmonie aux Deatails persembahan 5asec itu, tampil pula dua desainer berbakat lainnya yakni Barli Asmara serta Imelda Kartini. Barli menghadirkan palet warna netral yakni hitam putih sebagai suguhan utama yang menggambarkan dua sisi seorang wanita, yakni kuat dan anggun. Yang menarik, koleksi ini banyak menggunakan teknik kerancang asal Garut dalam pembuatan motif bunga, kemudian ada juga teknik akrilik. Adapun detail korset serta lapisan ruffle A-line menambah kesan feminin pada busana.
Siluet dalam koleksi bertajuk Noir at Blanc itu banyak ditampilkan dengan nuansa oriental. Seperti sebuah outer model kimono bercorak floral hitam putih yang dipadukan rok A-line abu-abu dan korset warna hitam. Kemudian hadir pula sebuah atasan model cheongsam tanpa lengan. Item ini dipasangkan dengan rok berbatu akrilik hitam yang berkilau.
Sementara Imelda Kartini menampilkan gaun-gaun ball gown yang lebih mewah. Koleksi bertema The Profusion of Detail itu terinspirasi oleh porselin biru putih yang berasal dari Timur Tengah, dikembangkan di Cina, kemudian diminati di Eropa. Sejarah itu dituangkan ke dalam kesembilan gaun yang banyak menyuguhkan permainan detail khas Cina dan Eropa.
Menggunakan material seperti sutra, organza, renda, serta taffeta, busana dihadirkan bervolume dengan tumpukan ruffle. Seperti sebuah ball gown putih berbordir motif biru cobalt dengan aksen pita besar di salah satu sisinya. Tampilan yang dipercantik oleh veil ala pernikahan itu pun menutup rangkaian parade busana.
(ami/hst)This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
06 Nov, 2014
-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656125/s/4033475f/l/0Lwolipop0Bdetik0N0Cread0C20A140C110C0A60C0A813550C2740A350A0C2330Cmajor0Eminor0Ekombinasikan0Etenun0Ebima0Edengan0Epermainan0Ewarna0Eala0Eart0Edeco/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com