Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Kamis, 06/11/2014 18:06 WIB
Jakarta Fashion Week 2015
Alissa Safiera - wolipop
Dok. Alissa Safiera/Wolipop
Suasana peragaan busana yang biasanya tampil monoton dan hanya menampilkan model berjalan di atas catwalk, kini para model bebas menari di show BINhouse. Semuanya tetap bernuansa Indonesia, dengan kain-kain khas dari BINhouse.
"Saya adalah tukang kain. Kita berangkat dari kain. Dan itu made by hand and it's made from the heart. Jadi bukan saya orang Indonesia, tapi kitalah Indonesia. Dari cara kita melakukan sesuatu, perspektif, lagu, kitalah Indonesia," tutur Obin setelah show di area fashion tent, Jakarta Fashion Week 2015, Senayan City, Jakarta Pusat, Kamis (6/11/2014).
Obin mengangkat tema "Saya Adalah Indonesia" untuk show di JFW tahun ini. Setiap kain yang ditampilkan memiliki cerita sendiri, dan terbagi dalam 4 sekuen. Semuanya pun tampil dalam warna yang cerah seperti pink fuschia, kuning, hijau, merah, biru dan ungu. "Karena Indonesia adalah negara tropik jadi identik dengan warna-warna cerah," ujar Wita, tim desain BINhouse.
Sekuen pertama para model tampil dengan senyuman dan tersipu malu. Mereka memeragakan kain-kain cantik buatan Obin yang dililtkan sebagai padanan bersama atasan bodycon dalam warna kulit. "Saya cerita ke para model ini lagunya tentang jatuh cinta. Ini lagu favorit saya dari tahun '70-an," ujar Obin lagi menjelaskan cerita dibalik pagelaran terbarunya itu.
Sekuen kedua pun seakan membuat para penikmat mode di area fashion tent lebih 'terbangun' lagi. Model masuk bukan dengan berjalan dengan tatapan mata lurus, tapi sambil menari dengan iringan lagu 'Marilah ke Mari' yang dibawakan Titiek Puspa. Di sekuen ini, potongan busananya lebih bervariasi. Ada atasan yang berpotongan longgar, bervolume atau dengan potongan asimetris khas BINhouse yakni acak. Ada yang dipadukan bersama potongan kain, adapun yang dipadu bersama celana.
Dalam koleksinya, Obin juga menceritakan ia memilih sendiri semua lagu yang melatari perjalanan model di atas runway. Tema busana pun mengikuti alunan lagu yang dimainkan.
Di sekuen berikutnya, kembali nuansa khas Indonesia ditampilkan dalam gaya kontemporer. Dengan kain-kain dan atasan bergaya kebaya klasik seperti kutu baru. Namun ada pula kain yang dipadu dengan atasan bergaya peranakan lewat kerah Shanghai. Warna cerah seperti biru, pink fuschia, hijau, merah, oranye menjadi perpaduan manis saat dipadupadankan di atas panggung. Para model juga bermain dengan kain yang dijadikan selendang dalam warna cerah. Pertunjukkan pun diakhiri dengan seorang model yang mengangkat kain dalam nuansa warna merah dan putih, seolah kembali menegaskan tema 'Saya Adalah Indonesia.'
Kain buatan Obin tak hanya mengangkat batik. Tiap helainya memiliki ciri berbeda yang dibuat dengan tangan. "Ada yang dijahit, bordir, jumput, tenun, jadi bukan semuanya batik," ujar desainer yang memulai labelnya sejak 1986 itu.
(als/aln)This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
06 Nov, 2014
-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656125/s/40372947/l/0Lwolipop0Bdetik0N0Cread0C20A140C110C0A60C180A4220C27412750C2330Ccantiknya0Emodel0Emodel0Eberkebaya0Emenari0Edi0Eshow0Ebinhouse/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com